SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU POLITIK
(Buku DASAR-DASAR ILMU POLITIK, Prof Miriam Budiardjo)
(Buku DASAR-DASAR ILMU POLITIK, Prof Miriam Budiardjo)
Ilmu politik bisa dikatakan masih muda. Ilmu politik diperkirakan
baru lahir pada akhir abad ke-19. Namun jika ditinjau secara lebih luas, ilmu
politik malahan bisa dikatakan ilmu sosial yang tertua didunia. Hal ini dapat
ditinjau dalam pembahasan secara rasionil dari berbagai aspek negara dan
kehidupan politik.
Misalnya di Yunani Kuno, pemikiran mengenai negara sudah dimulai
pada tahun 450 SM terbukti dalam karya-karya ahli sejarah seperti Heredotus,
atau filusuf-filusuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya. Selain itu
tulisan-tulisan politik yang bermutu juga terkumpul di Asia yaitu antara lain
di India dan Cina. Tulisan dari India terkumpul antara lain dalam kesusasteraan
Dharmasastra dan Arthasastra yang bersal dari masa kira-kira 500 SM. Dan
diantara filusuf Cina yang terkenal ialah Confucius atau K’ung Fu Tzu kurang
lebih 500 SM.
Di Indonesia juga didapati beberapa karya tulisan yang membahas
masalah sejarah dan kenegaraan seperti, Negara Kertagama yang ditulis pada abad
ke-13 pada masa Majapahit dan abad ke-15 M Babad Tanah Jawi. Namun pada akhir
abad ke-19 kesusasteraan yang mencakup politik mengalami kemunduran karena
terdesak oleh pemikiran Barat yang di bawa oleh negara-negara seperti Inggris,
Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda dalam rangka imperealisme.
Di negara-negara benua Eropa seperti
Jerman, Austria, dan Perancis bahasan politik banyak di pengaruhi oleh ilmu
hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah negara yang utama. Di Inggris
permasalahan politik dianggap termasuk filsafat terutama moral philosopy, dan
dianggap bahasannya tidak pernah lepas dari sejarah. Akan tetapi dengan
didirikannya Ecole Libre des Sciences Politiques di Paris (1870) dan London
School of Economics and Political Science (1895) ilmu politik untuk pertama
kali dalam negara-negara tersebut dianggap sebagai disiplin tersendiri yang
patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi.
Perkembangan yang berbeda terjadi di
Amerika Serikat. Pada mulanya tekanan yuridis seperti yang terdapat di Eropa
mempengaruhi bahasan masalah politik, akan tetapi lama kelamaan timbul hasrat
yang kuat untuk membebaskan diri dari yuridis tersebut dan lebih mendasarkan
diri atas pengumpulan data empiris. Dan perkembangan selanjutnya bersamaan waktunya dengan perkembangan
sosiologi dan psykhologi, sehingga kedua cabang ilmu sosial ini banyak
mempengaruhi metodelogi dan terminologi ilmu politik. Pada tahun 1858 seorang
sarjana kelahiran Jerman, Francis Lieber diangkat sebagai guru besar dalam
sejarah dan ilmu politik di Columbia College, dan kejadian ini di Amerika
dianggap sebagai pengakuan pertama terhadap ilmu politik sebagai ilmu
tersendiri. Perkembangan selanjutnya berjalan secara cepat yang apat dilihat
juga dari didirikannya American Political Science Association (APSA) pada tahun
1904.
Perkembangan politik di dunia semakin
berkembang pesat setelah Perang Dunia II. Di Belanda misal, dimana sampai pada
waktu itu penelitian mengenai negara dimonopoli oleh Fakultas Hukum, Faculteit
der Sociale en Politieke Wetenschappen (sekarang bernama Faculteit de Sociale
Wetenschapepen) pada tahun 1947 di Amsterdam. Di Indonesia pun didirikan
fakultas-fakultas yang serupa seperti Fakultas Sosial dan Politik UGM, Yogyakarta
atau Fakultas Ilmu Ilmu Sosial UI, Jakarta dimana Politik merupakan Departemen
tersendiri. Akan tetapi karena pendidikan tinggi hukum sangat maju maka
tidaklah heran apabila permulaan perkembangannya, ilmu politik di Indonesia
terpengaruh kuat oleh ilmu itu. Akan tetapi dewasa ini konsep-konsep ilmu
politik yang baru berangsur-angsur mulai dikenal.
Sementara itu di wilayah Eropa Timur
perkembangan ilmu politik hingga dewasa ini masih memperlihatkan pendekatan
tradisionil dari segi sejarah, filsafat, dan yuridis. Sebab maju dan berkembang
pesatnya ilmu politik setelah Perang Dunia juga disebabkan karena adanya
dorongan kuat dari beberapa badan Internasional, terutama UNESCO. Pada tahun
1948 UNESCO menyelenggarakan suatu survey mengenai kedudukan ilmu politik dalam
kira-kira 30 negara. Proyek ini di pimpin oleh W. Ebenstein dari Princeton
University Amerika Serikat, lalu kemudian dilanjutkan oleh beberapa ahli dalam
suatu pertemuan di Paris dan menghasilkan buku Contemporary Political Science
(1948).
Sebagai tindak lanjutnya UNESCO bersama International Political
Science Association (IPSA) yang didirikan pada tahun 1949, yang mencakup
kira-kira 10 negara di antaranya negara Eropa Barat besar seperti, India,
Mexico, dan Polandia. Pada tahun 1952 laporan-lapporan ini di bahas dalam
sebuah konferensi di Cambridge, Inggris, dan hasilnya disusun oleh W.A. Robson
dari London School of Economics and Political Science dalam buku The University
Teaching of Social Sciences: Political Science. Buku ini merupakan bagian dari
suatu rangkaian penerbitan UNESCO mengenai pengajaran beberapa ilmu sosial
(termasuk ekonomi, anthropologi budaya dan kriminologi) di perguruan tinggi.
Kedua karya ini merupakan usaha internasional untuk membina perkembangan ilmu
politik dan mempertemukan pandangan yang berbeda-beda.
0 komentar:
Posting Komentar