Juangnoesantara.blogspot.com

no copas

Pages

Sabtu, 02 November 2013

Kilas Sejarah Condongcatur


Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang hanya terjadi satu kali, sebagian orang mengganggap bahwa sejarah merupakan hal yang tidak menarik dan tidak penting untuk dipelajari. Padahal, sejarah merupakan hal yang menarik dan penting untuk dikaji, karena dengan mengkaji sejarah kita dapat mengetahui peristiwa di masa lampau yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dimasa yang akan datang.

Pada dasarnya sejarah tidak hanya membahas hal-hal yang besar saja, tetapi juga hal-hal kecil, Misalnya sejarah sebuah desa. Padahal hal-hal yang kecil ini bila dikaji lebih jauhakan menghasilkan suatu informasi yang mungkin tidak kalah menarik dengan peristiwa-peristiwa yang dianggap hal besar.
Oleh karenanya, penulis mencoba melakukan penelitian di salah satu kelurahan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, yaitu Kelurahan Condongcatur. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui hal menarik apa saja yang dapat ditemukan di kelurahan ini. Dari hasil penelitian penulis yang dilakukan pada hari minggu, tanggal 20 Oktober 2013 dan Sabtu, tanggal 26 Oktober 2013 melalui wawancara dengan Lurah Condongcatur, Bapak H. Sukris dan melanjutkan studi lapangan di Monumen Pahlawan Pancasila Kentungan Condongcatur Yogyakarta.

Dari hasil penelitian tersebut, Penulis memperoleh informasi mengenai asal usul berdirinya desa Condongcatur dan yang sangat menarik, kami memperoleh informasi tentang peristiwa sejarah penculikan dan pembunuhan dua Pahlawan Revolusi yang dilakukan oleh PKI yaitu Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jendral TNI (Anm) Katamso dan Kas Rem 072/Pamungkas Kolonel Inf. (Anm) Soegijono yang terjadidi dukuh Kentungan Condongcatur SlemanYogyakarta.

1.      Sejarah asal mula Condongcatur
Condongcatur adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Nama Condongcatur sendiri berasal dari kata “Condong” yang berarti “Ngumpul” dan “Catur” yang berarti “Empat”. Jadi, Condongcatur dapat diartikan sebagai empat tempat yang berkumpul menjadi satu.
Menurut keterangan H. Sukris, Condongcatur adalah gabungan dari empat kelurahan, yaitu Kelurahan Lama Gejayan, Kelurahan Manuan, Kelurahan Kentungan dan Kelurahan Gurungan. Penggabungan empat kelurahan lama itu kira-kira terjadi pada tangal 24 Desember 1946. Alasan penggabungan kelurahan lama tersebut karena otonomi yang berlaku di Yogyakarta oleh pemerintahan pada saat itu. Penggabungan kelurahan lama tersebut tidak hanya terjadi di Condongcatur tetapi juga terjadi pada seluruh  kelurahan lain di Yogyakarta, penggabungan kelurahan semacam ini tidak terjadi di provinsi lain melainkan khas di Yogyakarta.
Proses wawancara dengan Lurah Condongcatur
Kelurahan Condongcatur, seperti kelurahan lain di Yogyakarta, terdiri dari beberapa dukuh. Dulu satu kelurahan terdiri dari empat dukuh, tetapi setelah penggabungan kelurahan tersebut satu kelurahan terdiri dari delapan belas dukuh.

2.      Keistimewaan Condongcatur
Setiap tanggal 27 Rajab Condongcatur menjadi tempat persinggahan sementara para Ngarso dalem dalam acara rutin labuan sesasih yang tujuan akhirnya adalah Pantai Parangtritis, gunung Lawu, dan gunung Merapi.
Selain itu di  Condongcatur tepatnya Dukuh Kentungan dibangun Monumen Pahlawan Pancasila yang setiap tanggal satu Oktober diadakan acara rutin memperingati peristiwa G30S yang menewaskan dua orang perwira angkatan darat, Jendral Katamso dan Kolonel Soegijono.
Ketika peristiwa meletusnya Gunung Merapi tahun 2010, Condongcatur menjadi salah satu tempat sentral pengungsian sementara para warga lereng Merapi terutama di kediaman bapak H. Sukris.

3.      Peristiwa sejarah di Condongcatur
       Dari bapak H. Sukri pula, penulis pertama kali tahu bahwa ternyata ada sebuah monumen bersejarah di kawasan Condongcatur. Monumen tersebut bernama “Monumen Pahlawan Panncasila“. Terletak di Dukuh Kentungan Kelurahan Condongcatur Sleman. Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa  G30S yang menewaskan Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jendral TNI (Anm) Katamso dan Kas Rem 072/Pamungkas Kolonel Inf. (Anm) Soegijono.


Monumen tampak depan
Monumen yang dibangun di lokasi terjadinya peristiwa pembunuhan dua Pahlawan Revolusi tersebut, diabadikan dalam bentuk relief yang menggambarkan kronologis kejadian dari proses penculikan hingga pembunuhan. Lubang Kubur dimana dahulu digunakan PKI untuk menyembunyikan mayat kedua Pahlawan Revolusi. Duplikat kendaraan yang dipergunakan untuk menculik dua Pahlawan Revolusi, dan bangunan museum yang didalamnya terdapat batu dan kunci mortil yang digunakan untuk membunuh, serta pakaian yang pernah digunakan dua Pahlawan Revolusi dan foto-foto Sembilan Pahlawan Revolusi khususnya Jendral Katamso dan Kolonel Soegijono itu sendiri.

Dokumentasi
Letak monumen yang lumayan jauh dari kota, membuat monumen ini tidak banyak diketahui orang. Bahkan menurut penuturan penjaga museum, warga Yogya sendiri banyak yang tidak tahu tentang apa dan dimana museum ini berada. 

4.      Pesan Lurah Condongcatur
Penanya:
Melihat anak muda zaman sekarang, banyak yang istilahnya menyepelekan atau mengesampingkan sejarah. Mungkin dari Bapak ada pesan untuk generasi sekarang mengenai akan pentingnya sejarah itu, pak?

Jawaban bapak H. Sukri :
Ya memang seharusnya sejarah itu perlu. Karena kalau tidak ada sejarah kita juga tidak ada. Kalau dulu tidak ada perjuangan kemerdekaan mungkin sampai sekarang kita belum merdeka. Kita masih dijajah. Kita belum bisa bebas seperti saat ini. dan kalau kita tahu seperti itu mestinya kita ada semacam ucapan terimakasih. Mungkin yang dapat kita lakukan dengan cara mengisi kemerdekaan, mengenang perjuangan dan meneruskan cita-cita para pejuang.
Foto bersama Lurah Condongcatur

0 komentar:

Posting Komentar