Sejarah
merupakan peristiwa masa lampau yang hanya terjadi satu kali, sebagian orang
mengganggap bahwa sejarah merupakan hal yang tidak menarik dan tidak penting
untuk dipelajari. Padahal, sejarah merupakan hal yang menarik dan penting untuk
dikaji, karena dengan mengkaji sejarah kita dapat mengetahui peristiwa di masa
lampau yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dimasa yang akan datang.
Pada
dasarnya sejarah tidak hanya membahas hal-hal yang besar saja, tetapi juga
hal-hal kecil, Misalnya sejarah sebuah desa. Padahal hal-hal yang kecil ini bila
dikaji lebih jauhakan menghasilkan suatu informasi yang mungkin tidak kalah
menarik dengan peristiwa-peristiwa yang dianggap hal
besar.
Oleh
karenanya, penulis mencoba melakukan penelitian di salah satu kelurahan di Kabupaten Sleman Yogyakarta, yaitu Kelurahan
Condongcatur. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui hal menarik apa saja
yang dapat ditemukan di kelurahan ini. Dari hasil penelitian penulis yang
dilakukan pada hari minggu, tanggal 20 Oktober 2013 dan Sabtu, tanggal 26
Oktober 2013 melalui wawancara dengan
Lurah Condongcatur, Bapak H. Sukris dan melanjutkan studi lapangan di Monumen Pahlawan
Pancasila Kentungan Condongcatur Yogyakarta.
Dari
hasil penelitian tersebut, Penulis memperoleh informasi mengenai asal usul
berdirinya desa Condongcatur dan yang sangat menarik, kami memperoleh informasi
tentang peristiwa sejarah penculikan dan pembunuhan dua Pahlawan Revolusi yang
dilakukan oleh PKI yaitu Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jendral TNI
(Anm) Katamso dan Kas Rem 072/Pamungkas Kolonel Inf. (Anm) Soegijono yang terjadidi dukuh Kentungan Condongcatur SlemanYogyakarta.
1.
Sejarah asal mula Condongcatur
Condongcatur adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Nama Condongcatur sendiri berasal dari kata “Condong” yang berarti “Ngumpul” dan “Catur” yang berarti “Empat”. Jadi, Condongcatur dapat diartikan sebagai empat tempat yang berkumpul menjadi satu.
Condongcatur adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Nama Condongcatur sendiri berasal dari kata “Condong” yang berarti “Ngumpul” dan “Catur” yang berarti “Empat”. Jadi, Condongcatur dapat diartikan sebagai empat tempat yang berkumpul menjadi satu.
Menurut keterangan H. Sukris, Condongcatur adalah gabungan dari empat kelurahan, yaitu Kelurahan Lama Gejayan, Kelurahan Manuan, Kelurahan Kentungan dan Kelurahan Gurungan. Penggabungan empat kelurahan lama itu kira-kira terjadi pada tangal 24 Desember 1946. Alasan penggabungan kelurahan lama tersebut karena otonomi yang berlaku di Yogyakarta oleh pemerintahan pada saat itu. Penggabungan kelurahan lama tersebut tidak hanya terjadi di Condongcatur tetapi juga terjadi pada seluruh kelurahan lain di Yogyakarta, penggabungan kelurahan semacam ini tidak terjadi di provinsi lain melainkan khas di Yogyakarta.
Kelurahan Condongcatur, seperti kelurahan lain di Yogyakarta,
terdiri dari beberapa dukuh. Dulu satu kelurahan terdiri dari empat
dukuh, tetapi setelah penggabungan kelurahan tersebut satu kelurahan terdiri
dari delapan belas dukuh.
2.
Keistimewaan Condongcatur
Setiap tanggal 27 Rajab
Condongcatur menjadi tempat persinggahan sementara para Ngarso dalem dalam
acara rutin labuan sesasih yang tujuan akhirnya adalah Pantai
Parangtritis, gunung Lawu, dan gunung Merapi.
Selain itu di Condongcatur
tepatnya Dukuh Kentungan dibangun Monumen Pahlawan Pancasila yang setiap tanggal
satu
Oktober diadakan acara rutin memperingati peristiwa G30S yang menewaskan dua orang perwira angkatan darat, Jendral Katamso dan Kolonel
Soegijono.
Ketika peristiwa meletusnya Gunung Merapi tahun 2010,
Condongcatur menjadi salah satu tempat sentral pengungsian sementara para warga lereng
Merapi terutama di kediaman bapak H.
Sukris.
3. Peristiwa sejarah
di Condongcatur
Dari bapak H. Sukri pula, penulis pertama kali tahu bahwa ternyata ada sebuah monumen bersejarah di kawasan Condongcatur. Monumen tersebut bernama “Monumen Pahlawan Panncasila“. Terletak di Dukuh Kentungan Kelurahan Condongcatur Sleman. Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa G30S yang menewaskan Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jendral TNI (Anm) Katamso dan Kas Rem 072/Pamungkas Kolonel Inf. (Anm) Soegijono.
Dari bapak H. Sukri pula, penulis pertama kali tahu bahwa ternyata ada sebuah monumen bersejarah di kawasan Condongcatur. Monumen tersebut bernama “Monumen Pahlawan Panncasila“. Terletak di Dukuh Kentungan Kelurahan Condongcatur Sleman. Monumen ini dibangun untuk mengenang peristiwa G30S yang menewaskan Komandan Korem 072/Pamungkas Brigadir Jendral TNI (Anm) Katamso dan Kas Rem 072/Pamungkas Kolonel Inf. (Anm) Soegijono.
Dokumentasi |
4. Pesan Lurah Condongcatur
Penanya:
Melihat anak muda zaman sekarang, banyak yang
istilahnya menyepelekan atau mengesampingkan sejarah. Mungkin dari Bapak ada pesan untuk generasi sekarang mengenai akan pentingnya sejarah itu,
pak?
Jawaban bapak H. Sukri :
Ya memang seharusnya sejarah itu perlu. Karena kalau tidak ada sejarah kita juga tidak ada.
Kalau dulu tidak ada perjuangan kemerdekaan mungkin sampai sekarang kita belum merdeka.
Kita masih dijajah. Kita belum bisa bebas seperti saat ini. dan kalau kita tahu seperti itu mestinya kita ada semacam ucapan terimakasih. Mungkin
yang dapat kita lakukan dengan cara mengisi kemerdekaan,
mengenang perjuangan dan meneruskan cita-cita para pejuang.
Foto bersama Lurah Condongcatur |
0 komentar:
Posting Komentar