1.1.Latar Belakang
Keterlibatan
Australia dalam Perang Dunia I tidak lepas dari
keterlibatan Inggris yang merupakan salah satu aktor utama dalam Perang Dunia I, sebagaimana
diketahui bahwa Australia adalah bagian dari negara negara persemakmuran
Inggris atau yang lebih dikenal sebagai commonwealth, sehingga Australia adalah
termasuk bagian dari Kerajaan Inggris dan saat Inggris mengumumkan untuk ikut
terlibat dalam Perang Dunia I maka otomatis
Australia juga ikut melibatkan diri dalam Perang
Dunia I, keterlibatan
Australia secara resmi di deklarasikan oleh PM Australia saat itu yang dijabat
oleh Joseph Cook pada 15 Agustus 1914, setelah deklarasi dilakukan Australia
mulai mengirimkan sebanyak mungkin bantuan yang bisa diberikan untuk kerajaan,
baik bantuan berupa bahan bahan mentah maupun bantuan berupa sumber daya
manusia. Banyak pemuda dari seluruh wilayah Australia yang mendaftarkan diri
untuk maju berperang, PM Australia Andrew Fisher yang menggantikan Joseph Cook
juga memberi anjuran yang sama pada rakyat Australia untuk turut membantu
Kerajaan Inggris dalam perang dengan segenap usaha dan sumber daya yang ada.
Tak ketinggalan juga para perempuan Australia yang turut andil di dalamnya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Sejarah
Singkat Berdirinya Negara Australia ?
b. Sejauh Mana Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia
I ?
c. Bagaimana Peran Perempuan Australia Pada Perang Dunia I ?
d. Apa Dampak Dari Keterlibatan Australia Dalam Perang
Dunia I ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Sejarah
Singkat Berdirinya Negara Australia
b. Mengetahui Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I
c. Mengetahui Peran Perempuan Australia Pada Perang Dunia I
d. Mengetahui Dampak Keterlibatan Australia Dalam Perang
Dunia I
2.1 Sejarah
Singkat Australia
Australia merupakan
sebuah benua di selatan bumi. Penduduk asli Benua Australia adalah Suku
Aborigin yang termasuk kelompok khusus yang oleh Elkin disebut Australoid.
Dengan ciri-ciri fisik seperti kulit bewarna coklat, muka dan tubuh ditumbuhi
oleh bulu-bulu yang lebat, dahi sempit atau mundur, rongga mata dalam, alis
mata menonjol, rahang menonjol mulut lebar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan rata-rata
5 kaki.
Pada
tahun 1770, James Cook berlayar dan membuat peta di sepanjang pantai
timur Australia, yang kemudian ia namai sebagai New South Wales dan
diakui sebagai milik Britania atau kerajaan Inggris.
Semenjak itulah berbondong para imigran dari daratan eropa khususnya Inggris
datang ke Australia. Alasan mereka pindah dari Inggris karena di Australia
menjanjikan tanah yang murah dan lapangan pekerjaan yang tidak dapat mereka
peroleh di Inggris.
Australia memiliki 6
koloni yaitu New South Wales, Victoria, Australia Selatan, Queensland, Tasmania dan Australia Barat. Pada setiap koloni-koloni tersebut memiliki ke khasannya
masing-masing. Kemudian pada 1 Januari
1901 ke enam koloni tersebut bersatu
dalam Federasi Australia.
2.2 Keterlibatan
Australia Pada Perang Dunia I
Pada saat Perang
Dunia I secara politis Australia masih bergantung pada Inggris. Untuk urusan luar negeri
Australia belum dikatakan merdeka. Segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah hubungan
internasional masih diatur oleh Inggris. Dari segi pertahanan dan keamanan
Australia masih bergantung pada Angkatan Laut kerajaan Inggris yang dikenal
sebagai penguasa lautan. Secara militer peralatan pertahanan dan keamanan masih
dijamin oleh Inggris. Australia benar-benar menyandarkan dirinya sepenuhnya kepada Inggris,
karena merasa dirinya sama sekali belum kuat untuk menghadapi dunia
internasional.
Pada saat Perang
Dunia I meletus, ternyata
Angkatan Laut kerajaan Inggris berhasil diporak-porandakan oleh militer Jerman
yang sudah dipersiapkan lebih awal. Pemerintah Inggris meminta dominion Australia untuk memobilisasi penduduknya untuk
dijadikan serdadu membantu Inggris melawan Jerman dalam perang di Eropa. Bentuk
keterlibatan Australia hanyalah sebatas penyediaan personil tentara yang
dikirimkan ke medan perang yang terjadi di Eropa untuk membantu pasukan
kerajaan Inggris yang kewalahan dalam menghadapi pasukan Jerman.
Angkatan Laut Australia
yang didukung oleh 2.000 pasukan
menghancurkan pasukan Jerman yang menduduki New Guinea dan akhirnya menyerah
pada bulan September 1914. Ketika Angkatan Laut Australia mengetahui ada kapal
perang Jerman dengan nama Emden yang berada di sekitar pulau Cocos di
Samudra Hindia, maka kapal perang Australia bernama Sydney segera mengejarnya
dan terjadilah pertempuran laut. Dalam pertempuran itu pasukan Jerman dapat
dikalahkan.
Pada awal perang
banyak tentara Inggris yang gugur. Supaya superioritas sebagai penguasa lautan
tidak hilang maka penguasa Inggris segera memobilisasi rakyatnya untuk menjadi
serdadu termasuk meminta ke dominionya Australia. Australia menyumbang 400.000
tentara yang dikirim ke medan perang di Timur Tengah dan Eropa untuk mendukung
pasukan Inggris dan sekutu-sekutunya melawan Jerman, Austria, dan Turki. Diperkirakan sekitar 60.000 tentara Australia tewas dalam Perang Dunia I. Pada tahun 1915 pasukan Inggris memutuskan untuk
menguasai Selat Dardanella untuk membantu pasukan Rusia yang kewalahan
menghadapi pasukan Jerman dan Turki. Pasukan gabungan Australia dan
New Zealand dengan sebutan ANZAC (Australia and New Zealand
Army Corps), bersama dengan pasukan Inggris dan Perancis mendarat di
Semenanjung Gallipoli, dan kemudian pasukan ini ditarik ke Mesir untuk
mengamankan Terusan Suez.
Peperangan di
Timur Tengah dimulai pada 1916 dimana pasukan Australia bergabung dalam
memperthankan Terusan suez dan ikut juga terlibat dalam usaha sekutu untuk
merebut kembali semenanjung Sinai, ditahun berikutnya Australia yang bergabung
dengan pasukan sekutu berhasil menguasai daerah Gaza dan Jerusalem, tahun 1918
pasukan sekutu berhasil menguasai Suriah dan Lebanon, lalu pada tanggal 30
Oktober 1918 Turki menyerah. Akhirnya Perang Dunia
I pun di akhiri dengan perjanjian Versailles 1918.
Sama halnya dengan
negara negara lain yang terlibat Perang Dunia I Australia juga kehilangan banyak nyawa pasukannya,
penduduk Australia saat itu berjumlah kurang dari 5 juta jiwa dan saat perang
416.809 orang terdaftar sebagai pasukan dimana lebih dari 60.000 tewas, dan
sekitar 156.000 terluka, cacat ataupun ditawan.
2.3 Peran
Perempuan Australia Pada Perang Dunia I
Peran wanita di Australia sebelum
adanya Perang Dunia sangat terbatas. Hanya wanita lajang yang boleh bekerja,
sedangkan wanita yang sudah menikah harus diam di rumah mengurus keluarga dan
anak-anak. Mereka yang boleh bekerja pun hanya ditempatkan di posisi yang
rendah, dan memperoleh upah yang lebih sedikit daripada laki-laki, meski
profesi yang mereka jalankan sama. Hal ini dikarenakan laki-laki pada masa itu
menganggap bahwa wanita bekerja tidak semaksimal laki-laki, wanita
rentan membuat masalah dalam pekerjaan, dan menerima saja upah kecil yang
mereka dapatkan.
Kondisi diskriminasi seperti itu terus
terjadi sampai ketika pemerintah Australia memutuskan Australia untuk ikut
terlibat dalam Perang Dunia membantu mother country, yaitu Inggris. Perang Dunia ini berpengaruh
besar dalam perubahan nasib kaum wanita di Australia, sebab berbagai
kebutuhan perang mengharuskan semua rakyat Australia untuk ikut berpartisipasi
mensukseskan perang, termasuk disini kaum wanita.
Momentum perang dunia adalah momen di
mana semua rakyat dapat menunjukkan kecintaannya kepada negara. Baik laki-laki
maupun wanita, secara sukarela ikut berkontribusi dalam usaha perang. Dalam Perang Dunia I, secara garis
besar peran wanita Australia dapat dikategorikan ke dalam tiga bidang, yaitu
(1) sebagai tenaga medis di medan perang, (2) pencari dan pengumpul dana
perang, dan (3) bekerja di pabrik-pabrik, perkebunan dan peternakan untuk
mensuplai bahan makanan.
1. Wanita Australia sebagai tenaga medis dalam perang
Wanita Australia sudah ikut berperan
menjadi perawat dan tengaa medis sejak Perang Boer tahun 1899 - 1902, tetapi
jumlahnya pada saat itu tidak banyak. Baru dalam Perang Dunia I, banyak sekali wanita yang
secara sukarela mendaftarkan diri menjadi perawat di Red Cross dan Australian
Army Nursing Service (AANS). Di antara organisasi tersebut, Red Cross adalah organisasi usaha perang
pertama di Australia. Red Cross didirikan dan diresmikan dua hari setelah
pengumuman perang oleh istri Gubernur Jenderal Australia, Helen Munro-Ferguson.
Melalui perannya, pada November 1914, Red Cross sudah memiliki 88 cabang di
pinggiran-pinggiran kota NSW, dan pada tahun 1915 berkembang pesat menjadi 337
cabang di NSW dan 462 di Victoria.
Selain menyediakan para perawat,
anggota Red Cross, yang pada akhir tahun 1915 tercatat sebanyak 11.531 orang,
juga bekerja sebagai supir ambulance, dan memproduksi garmen (kaus
kaki rajut, rompi, sarung tangan, selendang, piyama, baju, kain linen, dan
perlengkapan medis lainnya) untuk para prajurit di medan perang. Syarat untuk menjadi
perawat adalah wanita lajang atau janda. Memang ada pula anggota yang merupakan
ibu rumah tangga, tetapi mereka tidak ditugaskan di luar negeri melainkan
bekerja di rumah sakit-rumah sakit Australia.
Australian Department of Defence, menyatakan bahwa terdapat 2.562
wanita yang menjadi perawat, di mana 423 orang bertugas di Australia. Wanita-wanita
tersebut dikirim ke berbagai medan perang, yaitu Egypt (Mesir), Salonika (Yunani),
Perancis, Lemnos, India, Galipoli, Palestina, Teluk Persia, Italia, Burma,
Valadivostok (Rusia), dan Abyssinia (Ethiopia).
Selain bekerja sebagai perawat, ada
pula yang menjadi dokter, terapis prikologi, petugas transfusi darah, dan ada
pula yang mengerjakan pekerjaan lain, seperti membuka kantin di Egypt untuk
menyediakan kebutuhan makan para prajurit. Ada juga yang mengurus masalah para
prajurit yang hilang, mati atau ditangkap. Para perawat yang bekerja di medan
perang, mengalami perasaan mengerikan dan frustasi seperti yang dialami oleh
para tentara. Setiap hari para perawat bekerja keras menangani korban perang dan para
tentara yang terluka, yang jumlahnya puluhan. Kondisi pasien pun sangat
memprihatinkan dan penuh luka, sehingga menambahkan ketakutan dan kengerian
para perawat, membuat mereka merasa berada dalam mimpi buruk yang panjang.
Wanita Australia memberikan kontribusi
besar bagi negaranya dalam Perang Dunia I sebagai perawat dan tenaga medis. Mereka bersedia bertugas ke
medan perang, ikut merasakan kengerian dan ketakutan bersama para tentara,
bahkan banyak dari mereka yang tewas selagi bertugas. Dalam Perang Dunia I, tercatat
sebanyak 25 perawat yang tewas semasa perang. Kematian perawat tersebut, selain
karena trauma dan penyakit, disebabkan pula oleh jauhnya jarak antara medan perang dengan
rumah sakit tempat mereka bertugas. Seperti yang terjadi di medan perang
Galipoli, kapal rumah sakit berada di Lemnos dan Alexandria, yang jauhnya 1.050
km dari Galipoli.
2. Mencari dan mengumpulkan dana perang
Sejak awal Australia ikut serta dalam
Perang Dunia I, didirikan organisasi bernama Australian Red Cross Society
(ARCS). Organisasi ini bergerak dalam lima hal, yaitu:
1. Memproduksi pakaian untuk para tentara
2. Mengirim parsel makanan untuk Anzacs
3. Mengumpulkan dana untuk menolong keluarga para prajurit
4. Menggerakkan Wounded and Missing Persons Bureau, dan
5. Mengunjungi para prajurit yang terluka di rumah sakit dan mendirikan rumah
penyembuhan.
Wanita-wanita Australia yang tidak menjadi perawat atau tidak bertugas
di luar negeri, berkontribusi di organisasi ini. Mereka sadar bahwa mereka
adalah bagian dari warga Australia, dan mereka ingin dapat berkontribusi dalam
usaha perang. Mereka yang bergabung dalam ARCS, secara aktif bergerak dalam
lima kegiatan yang disebutkan di atas.
Sejak awal pendiriannya, ARCS sudah menyebarkan komunitasnya untuk
mencari dana perang. Menurut laporan pertama dari New South Wales, ARCS
menerima donasi dari berbagai organisasi, seperti the Australian Jockey Club, The
Avon Lake Shearing Shed, The Enmore Loyal Daughter’s Society, dan Waverley
Methodist Literary and ebating Society. Oleh karena itulah pada empat
bulan pertama sejak pendiriannya, ARCS berhasil mengumpulkan donasi yang terbilang banyak.
Selain ARCS, ada pula organisasi The Australian Comfort Fund (ACF) yang
didirikan pada tahun 1916. Anggota ACF kebanyakan adalah para wanita yang
berasal dari kalangan menengah, sebab mereka lebih memiliki banyak waktu untuk
bekerja. ACF berkontribusi dalam usaha perang dengan mengirimkan ‘comfort
boxes’ kepada para prajurit pilihan. Boks tersebut berisi barang-barang
berharga atau bersifat mewah untuk ada di suatu medan pertempuran, seperti kue,
puding, gula, rokok, dan majalah.
ACF mengorganisasi industri kaos kaki. ACF menyediakan wol kepada kantor
cabang-kantor cabang ACF, dan menerima feedback berupa kaos kaki yang sudah
jadi dan siap pakai. Kaos kaki tersebut kemudian dikirim ke medan perang dalam
interval dua sampai tiga minggu.
ACF mendirikan berbagai toko, seperti toko bunga yang dimulai pada tahun
1916. Keuntungan dari penjualan bunga disumbangkan secara rutin kepada Randwick
Hospital, Sydney Hospital, dan masyarakat di daerah-daerah kumuh. Anggota ACF
pun banyak yang merupakan orang dermawan, seperti Lady Hay dari North Sydney,
yang memberikan donasi tak sedikit kepada ACF.
Organisasi fund raising lain semasa Perang Dunia I
antara lain adalah The Country Women’s Association, Women’s Christian
Temperance Union, Australian Women’s National League, The Voluntary Aid
Detachment, dan Cheer-Up Society. Adapula 200 organisasi wanita lain yang
beroperasi selama perang. Mereka ikut membantu mengumpulkan uang dengan cara
membuka kedai donasi di jalan-jalan raya, dan mendatangi rumah-rumah
masyarakat.
3. Wanita bekerja di berbagai bidang pekerjaan
Keterlibatan Australia dalam perang
dunia, membuat perubahan dalam ekonomi. Australia merubah kebijakan ekonominya
menjadi ekonomi perang, di mana kegiatan perekonomian dipusatkan untuk
memenangkan perang. Oleh karenanya, pemerintah membuka pabrik-pabrik baru untuk
memproduksi senjata, peralatan perang, pakaian perang, dan bahan makanan instan
untuk para prajurit di medan perang. Hal ini mengakibatkan masalah baru, sebab
laki-laki banyak sekali yang menjadi prajurit perang, sehingga pabrik-pabrik
tersebut kekurangan tenaga kerja. Kondisi inilah yang menjadi jalan dari
perubahan nasib wanita Australia.
Di Australia, sebelum Perang Dunia
I, wanita yang diperbolehkan bekerja hanyalah wanita lajang atau sudah janda,
tetapi sejak adanya perang, wanita yang sudah berkeluarga pun diizinkan untuk
bekerja, karena mereka adalah kepala rumah tangga yang harus mencari nafkah
untuk keluarga selama perang. Sejak diperbolehkannya wanita bekerja
di pabrik-pabrik, mereka mulai menyerbu pekerjaan. Mulai dari bekerja di
ladang untuk menghasilkan produk pangan, bekerja sebagai konduktor bis, bekerja
di pabrik-pabrik, dan bekerja sebagai pegawai pemerintah.
2.4 Dampak
Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I
Keterlibatan
Australia pada Perang Dunia memberi dampak positif tersendri dalam
bidang militer mereka. Dampak positifnya dalam bidang militer antara
lain, Australia mempunyai pengalaman
dalam perang. Australia sangat
memperhatikan sistem pertahanan nasionalnya dari kemungkinan segala hal yang
mengancam stabilitas negaranya.
Dalam bidang politik luar negeri, mentalitas orang Australia sangat tinggi karena
bangga telah memenangkan perang (Perang Dunia I). Prajurit-prajurit Australia
merasa bangga memiliki kualitas yang tidak kalah dibandingkan prajurit-prajurit
negara-negara yang sudah lama berdiri. Keikutsertaan Australia sejajar dengan
negara-negara lain dalam perjanjian Versailles merupakan pengakuan dunia
internasional akan keberadaan Australia sebagai negara terhormat. Dari pengalaman ini muncul salah satu nilai
Australia yang paling abadi, jiwa Anzac yaitu keberanian, semangat dan ‘mateship’ (pertemanan).
Selain dampak positif, terdapat pula dampak negatif
yang diterima Australia. Dalam
bidang sosial, yaitu berkurangnya
jumlah penduduk, Pada tahun 1914
total populasi penduduk Australia diperkirakan sekitar 4,5 juta dimana
populasi pria mungkin sekali kurang dari tiga juta, meskipun begitu 417.000 pria Australia dengan
sukarela bersedia bertempur dalam perang dan lebih dari 330.000 pria Australia
sungguh-sungguh melakukannya. Sekitar 60.000 tewas dan lebih dari 152.000
terluka pada saat perang berakhir pada tahun 1918. Pengangguran meningkat
dengan drastis pada tahun 1933 hampir sepertiga tenaga kerja menganggur dan
pendapatan nasional menurun dengan tajam.
Pada
bidang lain, terjadi ketidakstabilan ekonomi, khususnya selama masa
depresi ekonomi berat, ketika banyak lembaga keuangan Australia gagal. Turunnya
harga wol dan gandum yang tajam (ekspor utama Australia), penarikan modal
Inggris dan jatuhnya harga barang ekspor lainnya sehingga memicu krisis
keuangan yang hebat.
3.1
Kesimpulan
Pada saat Perang
Dunia I secara politis Australia masih bergantung pada Inggris. Untuk urusan luar negeri
Australia masih diatur oleh
Inggris, baik dari segi pertahanan dan keamanan. Australia benar-benar
menyandarkan dirinya sepenuhnya kepada Inggris karena merasa dirinya sama
sekali belum kuat untuk menghadapi dunia internasional. Bentuk keterlibatan Australia dalam Perang Dunia I hanyalah sebatas penyediaan personil tentara yang
dikirimkan ke medan perang yang terjadi di Eropa untuk membantu pasukan
kerajaan Inggris yang kewalahan dalam menghadapi pasukan Jerman dan sekutunya.
Selama
berlangsunya Perang Dunia I, Australian Imperial Force (AIF) yang bergabung
dengan pasukan Selandia Baru hingga terkenal dengan nama Australian and New
Zealand Army Corps (ANZAC), bahu membahu dengan pasukan Inggris beserta
sekutu-sekutunya di medan pertempuran (Turki di Timur Tengah, Jerman dan
Austria di Eropa). Dalam Perang Dunia I ini angkatan laut Australia berbangga
karena berhasil menenggelamkan kapal perang Jerman ‘Edem’ di pantai Pulau
Keeling pada 9 november 1914.
Selain
itu, kaum wanita Australia juga turut andil dalam perang, mereka secara sukarela ikut berkontribusi dalam usaha perang, Secara garis besar
peran wanita Australia dalam Perang Dunia I yaitu (1) sebagai tenaga medis di medan perang, (2) pencari dan pengumpul dana
perang, dan (3) bekerja di pabrik-pabrik, perkebunan dan peternakan untuk
mensuplai bahan makanan. Dan mulai dari
sinilah kaum wanita Australia mulai dihargai dan terangkat derajatnya. Adapun
dampak positif negatif dari keikutsertaan Australia dalam Perang Dunia I telah
dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Buku :
Siboro, Julius.
(2012). Sejarah Australia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Soebantardjo.
(1954). Sari Sedjarah Asia - Australia. Jogjakarta: Bopkri.
Sumber Website :
http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/26/serunya-jadi-wanita-australia-pada masa-perang-dunia-i-576856.html (diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 20.08 WIB).
http://www.awm.gov.au/atwar/ww1/ (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.50 WIB).
http://rslnsw.org.au/commemoration/heritage/the-first-world-war (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.55 WIB).
http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwone/australia_01.shtml (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.57 WIB).
http://www.civicsandcitizenship.edu.au/cce/fast_facts_file,9614.html (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 16.00 WIB).