Juangnoesantara.blogspot.com

no copas

Pages

S A H A B A T - S E J A T I

Sahabat sejati adalah ia yang selalu mengingatkan dan menuntunmu dalam kebaikan menuju ridho Tuhan.

I LOVE RASULULLAH MUHAMMAD SAW

Suatu hal yang sangat indah dalam hidup ialah merindukan-Nya, Sang cahaya penerang kegelapan Muhammad Rasulullah Saw.

I B U TERCINTA

Ialah bidadari dunia dan akhiratku. Jagalah dan cintailah selalu ya Tuhan, Ibuku yang selalu aku rindukan dan aku banggakan.

Aku Cinta Indonesia

Indonesia adalah anugerah yang tak ternilai,sebuah mahakarya Tuhan yang indah nan elok bak surga dunia.

I LOVE ALLAH

Aku cinta kepada Allah bukan karena surgaNya, bukan karena takut nerakaNya, tetapi cinta kepada Allah karena betul-betul cinta

Jumat, 12 September 2014

AUSTRALIA DALAM PERANG DUNIA I

1.1.Latar Belakang
      Keterlibatan Australia dalam Perang Dunia I tidak lepas dari keterlibatan Inggris yang merupakan salah satu aktor utama dalam Perang Dunia I, sebagaimana diketahui bahwa Australia adalah bagian dari negara negara persemakmuran Inggris atau yang lebih dikenal sebagai commonwealth, sehingga Australia adalah termasuk bagian dari Kerajaan Inggris dan saat Inggris mengumumkan untuk ikut terlibat dalam Perang Dunia I maka otomatis Australia juga ikut melibatkan diri dalam Perang Dunia I, keterlibatan Australia secara resmi di deklarasikan oleh PM Australia saat itu yang dijabat oleh Joseph Cook pada 15 Agustus 1914, setelah deklarasi dilakukan Australia mulai mengirimkan sebanyak mungkin bantuan yang bisa diberikan untuk kerajaan, baik bantuan berupa bahan bahan mentah maupun bantuan berupa sumber daya manusia. Banyak pemuda dari seluruh wilayah Australia yang mendaftarkan diri untuk maju berperang, PM Australia Andrew Fisher yang menggantikan Joseph Cook juga memberi anjuran yang sama pada rakyat Australia untuk turut membantu Kerajaan Inggris dalam perang dengan segenap usaha dan sumber daya yang ada. Tak ketinggalan juga para perempuan Australia yang turut andil di dalamnya.



1.2. Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Sejarah Singkat Berdirinya Negara Australia ?
b.      Sejauh Mana Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I ?
c.       Bagaimana Peran Perempuan Australia Pada Perang Dunia I ?
d.      Apa Dampak Dari Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I ?

1.3 Tujuan
a.       Mengetahui Sejarah Singkat Berdirinya Negara Australia
b.      Mengetahui Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I
c.       Mengetahui Peran Perempuan Australia Pada Perang Dunia I
d.      Mengetahui Dampak Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I


2.1  Sejarah Singkat Australia
Australia merupakan sebuah benua di selatan bumi. Penduduk asli Benua Australia adalah Suku Aborigin yang termasuk kelompok khusus yang oleh Elkin disebut Australoid. Dengan ciri-ciri fisik seperti kulit bewarna coklat, muka dan tubuh ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat, dahi sempit atau mundur, rongga mata dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol mulut lebar, tulang tengkorak tebal, tinggi badan rata-rata 5 kaki.
Pada tahun 1770, James Cook berlayar dan membuat peta di sepanjang pantai timur Australia, yang kemudian ia namai sebagai New South Wales dan diakui sebagai milik Britania atau kerajaan Inggris. Semenjak itulah berbondong para imigran dari daratan eropa khususnya Inggris datang ke Australia. Alasan mereka pindah dari Inggris karena di Australia menjanjikan tanah yang murah dan lapangan pekerjaan yang tidak dapat mereka peroleh di Inggris.
Australia memiliki 6 koloni yaitu New South Wales, Victoria, Australia Selatan, Queensland, Tasmania dan Australia Barat. Pada setiap koloni-koloni tersebut memiliki ke khasannya masing-masing. Kemudian pada 1 Januari 1901 ke enam koloni tersebut bersatu dalam Federasi Australia.

2.2  Keterlibatan Australia Pada Perang Dunia I
Pada saat Perang Dunia I secara politis Australia masih bergantung pada Inggris. Untuk urusan luar negeri Australia belum dikatakan merdeka. Segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah hubungan internasional masih diatur oleh Inggris. Dari segi pertahanan dan keamanan Australia masih bergantung pada Angkatan Laut kerajaan Inggris yang dikenal sebagai penguasa lautan. Secara militer peralatan pertahanan dan keamanan masih dijamin oleh Inggris. Australia benar-benar menyandarkan dirinya sepenuhnya kepada Inggris, karena merasa dirinya sama sekali belum kuat untuk menghadapi dunia internasional.
Pada saat Perang Dunia I meletus, ternyata Angkatan Laut kerajaan Inggris berhasil diporak-porandakan oleh militer Jerman yang sudah dipersiapkan lebih awal. Pemerintah Inggris meminta dominion Australia untuk memobilisasi penduduknya untuk dijadikan serdadu membantu Inggris melawan Jerman dalam perang di Eropa. Bentuk keterlibatan Australia hanyalah sebatas penyediaan personil tentara yang dikirimkan ke medan perang yang terjadi di Eropa untuk membantu pasukan kerajaan Inggris yang kewalahan dalam menghadapi pasukan Jerman.
Angkatan Laut Australia yang didukung oleh 2.000 pasukan menghancurkan pasukan Jerman yang menduduki New Guinea dan akhirnya menyerah pada bulan September 1914. Ketika Angkatan Laut Australia mengetahui ada kapal perang Jerman dengan nama Emden yang berada di sekitar  pulau Cocos di Samudra Hindia, maka kapal perang Australia bernama Sydney segera mengejarnya dan terjadilah pertempuran laut. Dalam pertempuran itu pasukan Jerman dapat dikalahkan.
Pada awal perang banyak tentara Inggris yang gugur. Supaya superioritas sebagai penguasa lautan tidak hilang maka penguasa Inggris segera memobilisasi rakyatnya untuk menjadi serdadu termasuk meminta ke dominionya Australia. Australia menyumbang 400.000 tentara yang dikirim ke medan perang di Timur Tengah dan Eropa untuk mendukung pasukan Inggris dan sekutu-sekutunya melawan Jerman, Austria, dan Turki. Diperkirakan sekitar 60.000 tentara Australia tewas dalam Perang Dunia I. Pada tahun 1915 pasukan Inggris memutuskan untuk  menguasai  Selat Dardanella untuk membantu pasukan Rusia yang kewalahan menghadapi pasukan Jerman dan Turki. Pasukan gabungan Australia dan New Zealand dengan sebutan ANZAC (Australia and New Zealand Army  Corps), bersama dengan pasukan Inggris dan Perancis mendarat di Semenanjung Gallipoli, dan kemudian pasukan ini ditarik ke Mesir untuk mengamankan Terusan Suez.
Peperangan di Timur Tengah dimulai pada 1916 dimana pasukan Australia bergabung dalam memperthankan Terusan suez dan ikut juga terlibat dalam usaha sekutu untuk merebut kembali semenanjung Sinai, ditahun berikutnya Australia yang bergabung dengan pasukan sekutu berhasil menguasai daerah Gaza dan Jerusalem, tahun 1918 pasukan sekutu berhasil menguasai Suriah dan Lebanon, lalu pada tanggal 30 Oktober 1918 Turki menyerah. Akhirnya Perang Dunia I pun di akhiri dengan perjanjian Versailles 1918.
Sama halnya dengan negara negara lain yang terlibat Perang Dunia I Australia juga kehilangan banyak nyawa pasukannya, penduduk Australia saat itu berjumlah kurang dari 5 juta jiwa dan saat perang 416.809 orang terdaftar sebagai pasukan dimana lebih dari 60.000 tewas, dan sekitar 156.000 terluka, cacat ataupun ditawan.

2.3  Peran Perempuan Australia Pada Perang Dunia I
Peran wanita di Australia sebelum adanya Perang Dunia sangat terbatas. Hanya wanita lajang yang boleh bekerja, sedangkan wanita yang sudah menikah harus diam di rumah mengurus keluarga dan anak-anak. Mereka yang boleh bekerja pun hanya ditempatkan di posisi yang rendah, dan memperoleh upah yang lebih sedikit daripada laki-laki, meski profesi yang mereka jalankan sama. Hal ini dikarenakan laki-laki pada masa itu menganggap bahwa wanita bekerja tidak semaksimal laki-laki, wanita rentan membuat masalah dalam pekerjaan, dan menerima saja upah kecil yang mereka dapatkan.
Kondisi diskriminasi seperti itu terus terjadi sampai ketika pemerintah Australia memutuskan Australia untuk ikut terlibat dalam Perang Dunia membantu mother country, yaitu Inggris. Perang Dunia ini berpengaruh besar dalam perubahan nasib kaum wanita di Australia, sebab berbagai kebutuhan perang mengharuskan semua rakyat Australia untuk ikut berpartisipasi mensukseskan perang, termasuk disini kaum wanita.
Momentum perang dunia adalah momen di mana semua rakyat dapat menunjukkan kecintaannya kepada negara. Baik laki-laki maupun wanita, secara sukarela ikut berkontribusi dalam usaha perang. Dalam Perang Dunia I, secara garis besar peran wanita Australia dapat dikategorikan ke dalam tiga bidang, yaitu (1) sebagai tenaga medis di medan perang, (2) pencari dan pengumpul dana perang, dan (3) bekerja di pabrik-pabrik, perkebunan dan peternakan untuk mensuplai bahan makanan.
1.      Wanita Australia sebagai tenaga medis dalam perang
Wanita Australia sudah ikut berperan menjadi perawat dan tengaa medis sejak Perang Boer tahun 1899 - 1902, tetapi jumlahnya pada saat itu tidak banyak. Baru dalam Perang Dunia I, banyak sekali wanita yang secara sukarela mendaftarkan diri menjadi perawat di Red Cross dan Australian Army Nursing Service (AANS). Di antara organisasi tersebut, Red Cross adalah organisasi usaha perang pertama di Australia. Red Cross didirikan dan diresmikan dua hari setelah pengumuman perang oleh istri Gubernur Jenderal Australia, Helen Munro-Ferguson. Melalui perannya, pada November 1914, Red Cross sudah memiliki 88 cabang di pinggiran-pinggiran kota NSW, dan pada tahun 1915 berkembang pesat menjadi 337 cabang di NSW dan 462 di Victoria.
Selain menyediakan para perawat, anggota Red Cross, yang pada akhir tahun 1915 tercatat sebanyak 11.531 orang, juga bekerja sebagai supir ambulance, dan memproduksi garmen (kaus kaki rajut, rompi, sarung tangan, selendang, piyama, baju, kain linen, dan perlengkapan medis lainnya) untuk para prajurit di medan perang. Syarat untuk menjadi perawat adalah wanita lajang atau janda. Memang ada pula anggota yang merupakan ibu rumah tangga, tetapi mereka tidak ditugaskan di luar negeri melainkan bekerja di rumah sakit-rumah sakit Australia.
Australian Department of Defence, menyatakan bahwa terdapat 2.562 wanita yang menjadi perawat, di mana 423 orang bertugas di Australia. Wanita-wanita tersebut dikirim ke berbagai medan perang, yaitu Egypt (Mesir), Salonika (Yunani), Perancis, Lemnos, India, Galipoli, Palestina, Teluk Persia, Italia, Burma, Valadivostok (Rusia), dan Abyssinia (Ethiopia).
Selain bekerja sebagai perawat, ada pula yang menjadi dokter, terapis prikologi, petugas transfusi darah, dan ada pula yang mengerjakan pekerjaan lain, seperti membuka kantin di Egypt untuk menyediakan kebutuhan makan para prajurit. Ada juga yang mengurus masalah para prajurit yang hilang, mati atau ditangkap. Para perawat yang bekerja di medan perang, mengalami perasaan mengerikan dan frustasi seperti yang dialami oleh para tentara. Setiap hari para perawat bekerja keras menangani korban perang dan para tentara yang terluka, yang jumlahnya puluhan. Kondisi pasien pun sangat memprihatinkan dan penuh luka, sehingga menambahkan ketakutan dan kengerian para perawat, membuat mereka merasa berada dalam mimpi buruk yang panjang.
Wanita Australia memberikan kontribusi besar bagi negaranya dalam Perang Dunia I sebagai perawat dan tenaga medis. Mereka bersedia bertugas ke medan perang, ikut merasakan kengerian dan ketakutan bersama para tentara, bahkan banyak dari mereka yang tewas selagi bertugas. Dalam Perang Dunia I, tercatat sebanyak 25 perawat yang tewas semasa perang. Kematian perawat tersebut, selain karena trauma dan penyakit, disebabkan pula oleh jauhnya jarak antara medan perang dengan rumah sakit tempat mereka bertugas. Seperti yang terjadi di medan perang Galipoli, kapal rumah sakit berada di Lemnos dan Alexandria, yang jauhnya 1.050 km dari Galipoli.

2.      Mencari dan mengumpulkan dana perang
Sejak awal Australia ikut serta dalam Perang Dunia I, didirikan organisasi bernama Australian Red Cross Society (ARCS). Organisasi ini bergerak dalam lima hal, yaitu:
1.      Memproduksi pakaian untuk para tentara
2.      Mengirim parsel makanan untuk Anzacs
3.      Mengumpulkan dana untuk menolong keluarga para prajurit
4.      Menggerakkan Wounded and Missing Persons Bureau, dan
5.      Mengunjungi para prajurit yang terluka di rumah sakit dan mendirikan rumah penyembuhan.
Wanita-wanita Australia yang tidak menjadi perawat atau tidak bertugas di luar negeri, berkontribusi di organisasi ini. Mereka sadar bahwa mereka adalah bagian dari warga Australia, dan mereka ingin dapat berkontribusi dalam usaha perang. Mereka yang bergabung dalam ARCS, secara aktif bergerak dalam lima kegiatan yang disebutkan di atas.
Sejak awal pendiriannya, ARCS sudah menyebarkan komunitasnya untuk mencari dana perang. Menurut laporan pertama dari New South Wales, ARCS menerima donasi dari berbagai organisasi, seperti the Australian Jockey Club, The Avon Lake Shearing Shed, The Enmore Loyal Daughter’s Society, dan Waverley Methodist Literary and ebating Society. Oleh karena itulah pada empat bulan pertama sejak pendiriannya, ARCS berhasil mengumpulkan donasi yang terbilang banyak.
Selain ARCS, ada pula organisasi The Australian Comfort Fund (ACF) yang didirikan pada tahun 1916. Anggota ACF kebanyakan adalah para wanita yang berasal dari kalangan menengah, sebab mereka lebih memiliki banyak waktu untuk bekerja. ACF berkontribusi dalam usaha perang dengan mengirimkan ‘comfort boxes’ kepada para prajurit pilihan. Boks tersebut berisi barang-barang berharga atau bersifat mewah untuk ada di suatu medan pertempuran, seperti kue, puding, gula, rokok, dan majalah.
ACF mengorganisasi industri kaos kaki. ACF menyediakan wol kepada kantor cabang-kantor cabang ACF, dan menerima feedback berupa kaos kaki yang sudah jadi dan siap pakai. Kaos kaki tersebut kemudian dikirim ke medan perang dalam interval dua sampai tiga minggu.
ACF mendirikan berbagai toko, seperti toko bunga yang dimulai pada tahun 1916. Keuntungan dari penjualan bunga disumbangkan secara rutin kepada Randwick Hospital, Sydney Hospital, dan masyarakat di daerah-daerah kumuh. Anggota ACF pun banyak yang merupakan orang dermawan, seperti Lady Hay dari North Sydney, yang memberikan donasi tak sedikit kepada ACF.
Organisasi fund raising lain semasa Perang Dunia I antara lain adalah The Country Women’s Association, Women’s Christian Temperance Union, Australian Women’s National League, The Voluntary Aid Detachment, dan Cheer-Up Society. Adapula 200 organisasi wanita lain yang beroperasi selama perang. Mereka ikut membantu mengumpulkan uang dengan cara membuka kedai donasi di jalan-jalan raya, dan mendatangi rumah-rumah masyarakat.

3.      Wanita bekerja di berbagai bidang pekerjaan
Keterlibatan Australia dalam perang dunia, membuat perubahan dalam ekonomi. Australia merubah kebijakan ekonominya menjadi ekonomi perang, di mana kegiatan perekonomian dipusatkan untuk memenangkan perang. Oleh karenanya, pemerintah membuka pabrik-pabrik baru untuk memproduksi senjata, peralatan perang, pakaian perang, dan bahan makanan instan untuk para prajurit di medan perang. Hal ini mengakibatkan masalah baru, sebab laki-laki banyak sekali yang menjadi prajurit perang, sehingga pabrik-pabrik tersebut kekurangan tenaga kerja. Kondisi inilah yang menjadi jalan dari perubahan nasib wanita Australia.
Di Australia, sebelum Perang Dunia I, wanita yang diperbolehkan bekerja hanyalah wanita lajang atau sudah janda, tetapi sejak adanya perang, wanita yang sudah berkeluarga pun diizinkan untuk bekerja, karena mereka adalah kepala rumah tangga yang harus mencari nafkah untuk keluarga selama perang. Sejak diperbolehkannya wanita bekerja di pabrik-pabrik, mereka mulai menyerbu pekerjaan. Mulai dari bekerja di ladang untuk menghasilkan produk pangan, bekerja sebagai konduktor bis, bekerja di pabrik-pabrik, dan bekerja sebagai pegawai pemerintah.

2.4  Dampak Keterlibatan Australia Dalam Perang Dunia I
Keterlibatan Australia pada Perang Dunia memberi dampak positif tersendri dalam bidang militer mereka. Dampak positifnya dalam bidang militer antara lain, Australia mempunyai pengalaman dalam perang. Australia sangat memperhatikan sistem pertahanan nasionalnya dari kemungkinan segala hal yang mengancam stabilitas negaranya.
Dalam bidang politik luar negeri, mentalitas orang Australia sangat tinggi karena bangga telah memenangkan perang (Perang Dunia I). Prajurit-prajurit Australia merasa bangga memiliki kualitas yang tidak kalah dibandingkan prajurit-prajurit negara-negara yang sudah lama berdiri. Keikutsertaan Australia sejajar dengan negara-negara lain dalam perjanjian Versailles merupakan pengakuan dunia internasional akan keberadaan Australia sebagai negara terhormat. Dari pengalaman ini muncul salah satu nilai Australia yang paling abadi, jiwa Anzac yaitu keberanian, semangat dan ‘mateship’ (pertemanan).
Selain dampak positif, terdapat pula dampak negatif yang diterima Australia. Dalam bidang sosial, yaitu berkurangnya jumlah penduduk, Pada tahun 1914 total populasi penduduk Australia diperkirakan sekitar 4,5 juta dimana populasi pria mungkin sekali kurang dari tiga juta, meskipun begitu 417.000 pria Australia dengan sukarela bersedia bertempur dalam perang dan lebih dari 330.000 pria Australia sungguh-sungguh melakukannya. Sekitar 60.000 tewas dan lebih dari 152.000 terluka pada saat perang berakhir pada tahun 1918. Pengangguran meningkat dengan drastis pada tahun 1933 hampir sepertiga tenaga kerja menganggur dan pendapatan nasional menurun dengan tajam.
Pada bidang lain, terjadi ketidakstabilan ekonomi, khususnya selama masa depresi ekonomi berat, ketika banyak lembaga keuangan Australia gagal. Turunnya harga wol dan gandum yang tajam (ekspor utama Australia), penarikan modal Inggris dan jatuhnya harga barang ekspor lainnya sehingga memicu krisis keuangan yang hebat.



3.1 Kesimpulan
Pada saat Perang Dunia I secara politis Australia masih bergantung pada Inggris. Untuk urusan luar negeri Australia masih diatur oleh Inggris, baik dari segi pertahanan dan keamanan. Australia benar-benar menyandarkan dirinya sepenuhnya kepada Inggris karena merasa dirinya sama sekali belum kuat untuk menghadapi dunia internasional. Bentuk keterlibatan Australia dalam Perang Dunia I hanyalah sebatas penyediaan personil tentara yang dikirimkan ke medan perang yang terjadi di Eropa untuk membantu pasukan kerajaan Inggris yang kewalahan dalam menghadapi pasukan Jerman dan sekutunya.
Selama berlangsunya Perang Dunia I, Australian Imperial Force (AIF) yang bergabung dengan pasukan Selandia Baru hingga terkenal dengan nama Australian and New Zealand Army Corps (ANZAC), bahu membahu dengan pasukan Inggris beserta sekutu-sekutunya di medan pertempuran (Turki di Timur Tengah, Jerman dan Austria di Eropa). Dalam Perang Dunia I ini angkatan laut Australia berbangga karena berhasil menenggelamkan kapal perang Jerman ‘Edem’ di pantai Pulau Keeling pada 9 november 1914.
Selain itu, kaum wanita Australia juga turut andil dalam perang, mereka secara sukarela ikut berkontribusi dalam usaha perang, Secara garis besar peran wanita Australia dalam Perang Dunia I yaitu (1) sebagai tenaga medis di medan perang, (2) pencari dan pengumpul dana perang, dan (3) bekerja di pabrik-pabrik, perkebunan dan peternakan untuk mensuplai bahan makanan. Dan mulai dari sinilah kaum wanita Australia mulai dihargai dan terangkat derajatnya. Adapun dampak positif negatif dari keikutsertaan Australia dalam Perang Dunia I telah dijelaskan diatas.




DAFTAR PUSTAKA


Sumber Buku :
Siboro, Julius. (2012). Sejarah Australia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Soebantardjo. (1954). Sari Sedjarah Asia - Australia. Jogjakarta: Bopkri.


Sumber Website :
http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/26/serunya-jadi-wanita-australia-pada masa-perang-dunia-i-576856.html (diakses pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 20.08 WIB).

http://www.awm.gov.au/atwar/ww1/ (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.50 WIB).

http://rslnsw.org.au/commemoration/heritage/the-first-world-war (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.55 WIB).

http://www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwone/australia_01.shtml (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.57 WIB).

http://www.civicsandcitizenship.edu.au/cce/fast_facts_file,9614.html (diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 16.00 WIB).